KHUTBAH
JUMAAT – AT-TABAYYUN TERHADAP PERKHABARAN
السلام عليكم
Wahai hamba-hamba Allah ! Bertaqwalah sekalian kamu
kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Dan Janganlah kamu mati melainkan
dalam keadaan Islam.
Saya menyeru diri saya sendiri dan juga sidang
Jumaat sekalian agar kita sama-sama meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah dengan
melakukan segala suruhanNya dan menjauhi
segala yang ditegahNya.
HADIRIN
SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH
Di kesempatan khutbah Jumaat pada hari ini, marilah
kita sama-sama mengulangkaji bagaimana akhlak yang diajar di dalam Islam dalam
menerima sesuatu pengkhabaran atau berita.
HADIRIN
SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH
Kita sesungguhnya hidup di zaman yang penuh dengan
fitnah dan manusia hidup jauh dari panduan Islam. Di zaman berkembang pesatnya
teknologi maklumat ini, mereka yang tidak peka dengan infomasi terkini akan
tertinggal jauh. Namun, yang berkembang maju adalah teknologi dan alat, ada pun
tabiat dan sikap manusia kadang2 mundur terkebelakang.
Hari ini kita dihidangkan dengan pelbagai maklumat
dan berita melalui media massa, elektronik mahupun cetak. Demi mencapai target
keuntungan hasil akses dan cetak, atau demi mencapai agenda peribadi dan
kelompok, maka nilaian kesahihan berita tidak lagi menjadi keutamaan. Sebab itu kita melihat akhbar-akhbar dan
rangkaian televisyen hari demi hari menghadapi saman fitnah. Satu agensi berita
dengan agensi berita yang lain bercanggah fakta yang sangat keterlaluan.
Majlis yang dihadiri sekadar ratusan orang
dilaporkan kehadiran yang luar biasa! Sementara himpunan yang mencapai ribuan
orang dilaporkan hanya dihadiri tidak lebih 500 orang. Para pembaca atau
penonton seperti diperbudakkan di era perkembangan teknologi yang sangat pesat.
Di zaman semua upacara dan aktiviti boleh diakses secara live dan online.
Demikianlah juga berita rasmi sudah setaraf dengan
gossip, propaganda dan iklan yang menjadi semakin tidak bernilai. Adakah para
wartawan atau pengurusan agensi maklumat yang berwenang2 dengan propaganda dan
fitnah ini tidak ingat kepada Allah? Lupa kepada akhirat? Atau tidak tahu dosa
pahala?
HADIRIN
SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH
Sikap yang diajar oleh Islam dalam menangani
sesuatu berita antaranya berasaskan panduan Allah di dalam firmanNya :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti
(At-Tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
(Al-Hujurat: 6)
Ayat ini menganjurkan kita untuk meneliti terlebih
dahulu setiap kebenaran berita yang kita terima. Ketelitian terhadap suatu
perkara akan meminta kita untuk berhati-hati, tidak gelabah dan gopoh dalam
memutuskan atau menjustifikasi suatu berita sebelum kita tahu kebenarannya.
Sikap ini perlu juga dimiliki oleh media,
baik cetak, maupun elektronik. Berita yang muncul jangan hanya mencari sensasi,
untuk meningkatkan hasil jualan. Setelah itu memunculkan permasalahan,
keresahan yang dapat mengakibatkan fitnah di mana-mana. Apatah lagi dalam
reality hari ini, media dengan mudahnya menguasai pemikiran masyarakat. Jika
banyaknya berita-berita bohong, fitnah mahu pun propaganda kelompok yang dimunculkan,
maka hal ini tentu meresahkan, menimbulkan kekacauan, bahkan boleh sahaja orang
yang tidak bersalah dihukum bersalah tanpa diberi peluang memberikan penjelasan
secara bebas dan adil.
HADIRIN
SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH
Islam mengajarkan umatnya untuk tidak begitu mudah percaya
dengan berita-berita yang masih diragukan kebenaranya. Sebagaimana kisah di
zaman Rasulullah saw tentang berita bohong yang disampaikan oleh Al-Walid
bin Uqbah bin Abi Mu’ith tatkala ia diutus oleh Rasulullah untuk mengambil dana
zakat dari Suku Bani Al- Musththaliq yang dipimpin oleh Al-Harist bin Dhirar (Riwayat
Imam Ahmad). Al-Walid menyampaikan laporan kepada Rasulullah bahwa Suku
Bani enggan membayar zakat, bahkan berniat untuk membunuh Rasulullah, padahal
Al-Walid tidak pernah sampai ke perkampungan Al-Musththaliq.
Rasulullah tidak serta merta menerima berita
itu begitu saja. Kemudian beliau mengutus Khalid bin Walid untuk
mengklarifikasi berita tersebut, sehingga kisah ini tertulis dalam Al-Qur’an
sebagai peringatan bagi kita, agar berhati-hati terhadap berita palsu yang
mengakibatkan keresahan di kalangan umat Muslim.
HADIRIN
SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH
Apakah yang
dimaksudkan At-Tabayyun di dalam ayat 6 surah al-hujurat yang saya bacakan
tadi? Dari aspek bahasa, kata
tabayyun memiliki 3 pengertian yang berdekatan :
1) Mencari kejelasan suatu masalah hingga
tersingkap dengan jelas keadaan yang sebenarnya.
2) Mempertegas hakikat sesuatu.
3) Berhati-hati terhadap sesuatu dan tidak
tergesa-gesa.
Menurut Istilah Syara’ - Tabayyun adalah
sikap berhati-hatian terhadap informasi yang tersebar berkait dengan kaum
muslimin tanpa didasari dengan pemahaman yang mendalam. Hal ini sesuai
dengan firman Allah berikut :
(Ingatlah)
di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (An Nur
:15)
Firman Allah dalam surat An Nur ayat 15 itu sendiri
merupakan penjelasan terhadap peristiwa hadistul ifki (berita bohong) berupa
fitnah keji yang dihembuskan oleh Abdullah bin Ubay seorang pemimpin munafik
kepada Aisyah Radhiallahu ‘Anha. Dan kemudian Allah memberikan petunjuk bahwa
Aisyah suci dari segala fitnah, dan juga petunjuk bagaimana sikap yang harus
diambil untuk menghadapi fitnah.
HADIRIN
SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH
Metodologi at-tabayyun
atau mendapatkan penjelasan dalam sesuatu isu atau pengkhabaran dalam akhlak
Islam terbahagi kepada beberapa kaedah berikut :
1) Mengembalikan permasalahan
kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang yang terkait.
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita
tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau
mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari
mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah
kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu). (An Nisa 83)
2) Bertanya Langsung Kepada Pelaku Utama.
Sikap Rasulullah saw meangani Hatib bin Balta’ah yang
tertangkap kerana membocorkan rahsia Negara dengan memanggilnya lalu bertanya :
kenapa engkau melakukannya ? Wahai Rasulullah. Janganlah tergesa-gesa. Saya
adalah orang muhajirin yang memiliki sanak keluarga yang berusaha melindungi
keluarganya. Karena saya tidak mampu melakukannya, maka saya cuba mencari orang
yang dapat melindungi kerabatku. Saya melakukannya bukan karena murtad dari
Islam dan bukan karena saya telah kafir. Lalu Rasulullah menerima alasannya
dengan mengatakan, “ia jujur”.
3) Mendengar Dengan Saksama Dan Mendapatkan
Kepastian Segera Jika Memang Diperlukan.
Ketika Ali ra diberikan bendera perang Khaibar maka
dengan segera ia bergegas berangkat. Tapi di tengah perjalanan ia kebingungan
tentang missi peperangan yang disertainya. Ia pun berbalik arah ke Madinah demi
menanyakan misi peperangan tersebut Kepada Rasulullah Saw.
Dengan tujuan apa saya memerangi mereka ?
Rasulullah menjawab, “perangilah mereka sehinggalah mereka masuk Islam (bersyahadat).
Jika mereka telah melakukannya, maka darah dan harta mereka haram kita sentuh
kecuali dengan alasan yang benar……”
perlu diperjelas di sini agar tidak timbul
kekeliruan, bhw arahan itu bukan pemaksaan terhadap orang kafir utk masuk
Islam, tetapi arahan memerangi orang kafir yang memang mengisytiharkan perang
kpd orang Islam, maka Ali diarahkan agar memerangi mereka kecualilah mereka
memeluk Islam, maka tidak boleh dibunuh.
4) Melakukan Pemeriksaan Khusus Melalui
Pengamatan dan Interaksi.
Ketika ada seseorang memuji orang lain di sampingnya,
Umar bin Al-Khattab lalu berkata, “Apakah kamu pernah bermusafir bersamanya ?
Ia menjawab : tidak. Umar melanjutkan : apakah kamu pernah mengadakan transaksi
bisnes dengannya ? Katanya : tidak. Kata umar : kalau begitu, kamu diam saja.
Saya fikir kamu hanya pernah melihatnya di masjid sambil mengangkat dan
menundukkan kepalanya.
5) Bertemu Secara Langsung Setelah Mendapatkan Informasi
dari Pihak-Pihak yang Bertelingkah.
Ketika Ali bin Abi Thalib hendak diutus
sebagai hakim ke Yaman, Rasulullah mengarahkannya dengan berkata, “Semoga Allah
senantiasa memberimu petunjuk dan meneguhkan lisanmu. Jika ada pihak yang ingin
mengadu datang menghadap kamu, maka jangan sekali-kali memutuskan perkara tanpa
mendengar kedua belah pihak. Karena yang demikian akan memudahkan kamu
memutuskan perkara dengan baik”.
HADIRIN
SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH
Demikianlah juga dalam menjatuhkan sesuatu hukum
atas ucapan, tulisan atau kenyataan seseorang. Kaedah Fiqhiyah menyatakan : Alhukmu
'Ala Syaien Far'un 'An Tashauwurihi yang bermaksud –
Untuk menghukum sesuatu perkara, kita perlu
mendapatkan gambaran yang sempurna dan menyeluruh. Bukan hanya memandang kepada
nama atau apa sahaja yang bersifat juzuk (sebahagian) dan kemudian terus sahaja
menghukum.
Kaedah ini terpakai apabila kita ingin menjatuhkan
satu-satu hukuman ke atas individu tertentu. Ada pun jika semata-mata
menghukumkan jenis atau golongan bagi tujuan penerangan, tidak mengapa. Sebagai
contoh ; tidak menjadi satu kesalahan apabila kita menyatakan – sesiapa yang
mengatakan hukum Islam seperti memotong tangan pencuri adalah primitive, maka
dia menjadi kafir – kenyataan ini tidak salah krn ia tidak mengkafirkan
individu, tetapi menjelaskan batas iman dan kufur. Ada pun jika dirujuk
kepadanya seseorang bernama si polan bin si polan yang muslim berkata demikian,
maka hendaklah dilakukan tabayyun-perincian sebagaimana yang kita sebutkan tadi
terlebih dahulu barulah dijatuhkan hukuman. Mungkin si polan yang berkata
demikian itu hilang ingatan, mungkin dia gila seketika, atau mungkin dia
dipaksa, atau mungkin dia jahil, atau mungkin penasihat agamanya tidak
menasihati dengan betul, mungkin , mungkin dan mungkin sehinggalah jelas dia
berkata demikian tanpa dapat ditakwil lagi melainkan terbukti dia sengaja dan
sedar, barulah dihukumkan terkeluar dari agama.
Sebab itu apabila tersebarnya berita atau isu
seperti kes tersebut, kita kena pastikan adakah yang ditertuduh menyebut si
polan bin si polan, atau ia hanya menyebut jenis perlakuan secara umum. Barulah
kita boleh membuat kesimpulan yang baik. Demikianlah indahnya ajaran Islam,
dengan panduan akhlak Islam, masyarakat dapat hidup secara terpandu dan
harmonis.
No comments:
Post a Comment