Tuesday, January 08, 2013

Khutbah Jumaat 4 Januari 2013 - At-Tabaayun


KHUTBAH JUMAAT – AT-TABAYYUN TERHADAP PERKHABARAN

السلام عليكم

 Wahai hamba-hamba Allah ! Bertaqwalah sekalian kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Dan Janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.

Saya  menyeru diri saya sendiri dan juga sidang Jumaat sekalian  agar  kita  sama-sama  meningkatkan  ketaqwaan  kita  kepada  Allah  dengan  melakukan  segala  suruhanNya  dan  menjauhi  segala  yang  ditegahNya.

HADIRIN SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH

Di kesempatan khutbah Jumaat pada hari ini, marilah kita sama-sama mengulangkaji bagaimana akhlak yang diajar di dalam Islam dalam menerima sesuatu pengkhabaran atau berita.

HADIRIN SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH

Kita sesungguhnya hidup di zaman yang penuh dengan fitnah dan manusia hidup jauh dari panduan Islam. Di zaman berkembang pesatnya teknologi maklumat ini, mereka yang tidak peka dengan infomasi terkini akan tertinggal jauh. Namun, yang berkembang maju adalah teknologi dan alat, ada pun tabiat dan sikap manusia kadang2 mundur terkebelakang.

Hari ini kita dihidangkan dengan pelbagai maklumat dan berita melalui media massa, elektronik mahupun cetak. Demi mencapai target keuntungan hasil akses dan cetak, atau demi mencapai agenda peribadi dan kelompok, maka nilaian kesahihan berita tidak lagi menjadi keutamaan.  Sebab itu kita melihat akhbar-akhbar dan rangkaian televisyen hari demi hari menghadapi saman fitnah. Satu agensi berita dengan agensi berita yang lain bercanggah fakta yang sangat keterlaluan.

Majlis yang dihadiri sekadar ratusan orang dilaporkan kehadiran yang luar biasa! Sementara himpunan yang mencapai ribuan orang dilaporkan hanya dihadiri tidak lebih 500 orang. Para pembaca atau penonton seperti diperbudakkan di era perkembangan teknologi yang sangat pesat. Di zaman semua upacara dan aktiviti boleh diakses secara live dan online.

Demikianlah juga berita rasmi sudah setaraf dengan gossip, propaganda dan iklan yang menjadi semakin tidak bernilai. Adakah para wartawan atau pengurusan agensi maklumat yang berwenang2 dengan propaganda dan fitnah ini tidak ingat kepada Allah? Lupa kepada akhirat? Atau tidak tahu dosa pahala?

HADIRIN SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH

Sikap yang diajar oleh Islam dalam menangani sesuatu berita antaranya berasaskan panduan Allah di dalam firmanNya :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti (At-Tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Al-Hujurat: 6)

Ayat ini menganjurkan kita untuk meneliti terlebih dahulu setiap kebenaran berita yang kita terima. Ketelitian terhadap suatu perkara akan meminta kita untuk berhati-hati, tidak gelabah dan gopoh dalam memutuskan atau menjustifikasi suatu berita sebelum kita tahu kebenarannya.

 Sikap ini perlu juga dimiliki oleh media, baik cetak, maupun elektronik. Berita yang muncul jangan hanya mencari sensasi, untuk meningkatkan hasil jualan. Setelah itu memunculkan permasalahan, keresahan yang dapat mengakibatkan fitnah di mana-mana. Apatah lagi dalam reality hari ini, media dengan mudahnya menguasai pemikiran masyarakat. Jika banyaknya berita-berita bohong, fitnah mahu pun propaganda kelompok yang dimunculkan, maka hal ini tentu meresahkan, menimbulkan kekacauan, bahkan boleh sahaja orang yang tidak bersalah dihukum bersalah tanpa diberi peluang memberikan penjelasan secara bebas dan adil.

HADIRIN SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH

Islam mengajarkan umatnya untuk tidak begitu mudah percaya dengan berita-berita yang masih diragukan kebenaranya. Sebagaimana kisah di zaman Rasulullah saw  tentang berita bohong yang disampaikan oleh Al-Walid bin Uqbah bin Abi Mu’ith tatkala ia diutus oleh Rasulullah untuk mengambil dana zakat dari Suku Bani Al- Musththaliq yang dipimpin oleh Al-Harist bin Dhirar (Riwayat Imam Ahmad).  Al-Walid menyampaikan laporan kepada Rasulullah bahwa Suku Bani enggan membayar zakat, bahkan berniat untuk membunuh Rasulullah, padahal Al-Walid tidak pernah sampai ke perkampungan Al-Musththaliq.

 Rasulullah tidak serta merta menerima berita itu begitu saja. Kemudian beliau mengutus Khalid bin Walid untuk mengklarifikasi berita tersebut, sehingga kisah ini tertulis dalam Al-Qur’an sebagai peringatan bagi kita, agar berhati-hati terhadap berita palsu yang mengakibatkan keresahan di kalangan umat Muslim.

HADIRIN SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH

Apakah yang dimaksudkan At-Tabayyun di dalam ayat 6 surah al-hujurat yang saya bacakan tadi? Dari aspek bahasa, kata tabayyun memiliki 3 pengertian yang berdekatan :

1) Mencari kejelasan suatu masalah hingga tersingkap dengan jelas keadaan yang sebenarnya.
2) Mempertegas hakikat sesuatu.
3) Berhati-hati terhadap sesuatu dan tidak tergesa-gesa.

Menurut Istilah Syara’ - Tabayyun adalah sikap berhati-hatian terhadap informasi yang tersebar berkait dengan kaum muslimin tanpa didasari dengan  pemahaman yang mendalam. Hal ini sesuai dengan firman Allah berikut :

 (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.  Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (An Nur :15)

Firman Allah dalam surat An Nur ayat 15 itu sendiri merupakan penjelasan terhadap peristiwa hadistul ifki (berita bohong) berupa fitnah keji yang dihembuskan oleh Abdullah bin Ubay seorang pemimpin munafik kepada Aisyah Radhiallahu ‘Anha. Dan kemudian Allah memberikan petunjuk bahwa Aisyah suci dari segala fitnah, dan juga petunjuk bagaimana sikap yang harus diambil untuk menghadapi fitnah.

HADIRIN SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH

Metodologi at-tabayyun atau mendapatkan penjelasan dalam sesuatu isu atau pengkhabaran dalam akhlak Islam terbahagi kepada beberapa kaedah berikut :

1) Mengembalikan permasalahan kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang yang terkait.

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (An Nisa 83)

2) Bertanya Langsung Kepada Pelaku Utama.

Sikap Rasulullah saw meangani Hatib bin Balta’ah yang tertangkap kerana membocorkan rahsia Negara dengan memanggilnya lalu bertanya : kenapa engkau melakukannya ? Wahai Rasulullah. Janganlah tergesa-gesa. Saya adalah orang muhajirin yang memiliki sanak keluarga yang berusaha melindungi keluarganya. Karena saya tidak mampu melakukannya, maka saya cuba mencari orang yang dapat melindungi kerabatku. Saya melakukannya bukan karena murtad dari Islam dan bukan karena saya telah kafir. Lalu Rasulullah menerima alasannya dengan mengatakan, “ia jujur”.

3) Mendengar Dengan Saksama Dan Mendapatkan Kepastian Segera Jika Memang Diperlukan.

Ketika Ali ra diberikan bendera perang Khaibar maka dengan segera ia bergegas berangkat. Tapi di tengah perjalanan ia kebingungan tentang missi peperangan yang disertainya. Ia pun berbalik arah ke Madinah demi menanyakan misi peperangan tersebut Kepada Rasulullah Saw.

Dengan tujuan apa saya memerangi mereka ? Rasulullah menjawab, “perangilah mereka sehinggalah mereka masuk Islam (bersyahadat). Jika mereka telah melakukannya, maka darah dan harta mereka haram kita sentuh kecuali dengan alasan yang benar……”

perlu diperjelas di sini agar tidak timbul kekeliruan, bhw arahan itu bukan pemaksaan terhadap orang kafir utk masuk Islam, tetapi arahan memerangi orang kafir yang memang mengisytiharkan perang kpd orang Islam, maka Ali diarahkan agar memerangi mereka kecualilah mereka memeluk Islam, maka tidak boleh dibunuh.

4) Melakukan Pemeriksaan Khusus Melalui  Pengamatan dan Interaksi.

Ketika ada seseorang memuji orang lain di sampingnya, Umar bin Al-Khattab lalu berkata, “Apakah kamu pernah bermusafir bersamanya ? Ia menjawab : tidak. Umar melanjutkan : apakah kamu pernah mengadakan transaksi bisnes dengannya ? Katanya : tidak. Kata umar : kalau begitu, kamu diam saja. Saya fikir kamu hanya pernah melihatnya di masjid sambil mengangkat dan menundukkan kepalanya.

5) Bertemu Secara Langsung Setelah Mendapatkan Informasi dari Pihak-Pihak yang Bertelingkah.

Ketika Ali bin Abi Thalib hendak  diutus sebagai hakim ke Yaman, Rasulullah mengarahkannya dengan berkata, “Semoga Allah senantiasa memberimu petunjuk dan meneguhkan lisanmu. Jika ada pihak yang ingin mengadu datang menghadap kamu, maka jangan sekali-kali memutuskan perkara tanpa mendengar kedua belah pihak. Karena yang demikian akan memudahkan kamu memutuskan perkara dengan baik”.

HADIRIN SOLAT JUMAAT YANG DIRAHMATI ALLAH

Demikianlah juga dalam menjatuhkan sesuatu hukum atas ucapan, tulisan atau kenyataan seseorang. Kaedah Fiqhiyah menyatakan : Alhukmu 'Ala Syaien Far'un 'An Tashauwurihi yang bermaksud –
Untuk menghukum sesuatu perkara, kita perlu mendapatkan gambaran yang sempurna dan menyeluruh. Bukan hanya memandang kepada nama atau apa sahaja yang bersifat juzuk (sebahagian) dan kemudian terus sahaja menghukum.

Kaedah ini terpakai apabila kita ingin menjatuhkan satu-satu hukuman ke atas individu tertentu. Ada pun jika semata-mata menghukumkan jenis atau golongan bagi tujuan penerangan, tidak mengapa. Sebagai contoh ; tidak menjadi satu kesalahan apabila kita menyatakan – sesiapa yang mengatakan hukum Islam seperti memotong tangan pencuri adalah primitive, maka dia menjadi kafir – kenyataan ini tidak salah krn ia tidak mengkafirkan individu, tetapi menjelaskan batas iman dan kufur. Ada pun jika dirujuk kepadanya seseorang bernama si polan bin si polan yang muslim berkata demikian, maka hendaklah dilakukan tabayyun-perincian sebagaimana yang kita sebutkan tadi terlebih dahulu barulah dijatuhkan hukuman. Mungkin si polan yang berkata demikian itu hilang ingatan, mungkin dia gila seketika, atau mungkin dia dipaksa, atau mungkin dia jahil, atau mungkin penasihat agamanya tidak menasihati dengan betul, mungkin , mungkin dan mungkin sehinggalah jelas dia berkata demikian tanpa dapat ditakwil lagi melainkan terbukti dia sengaja dan sedar, barulah dihukumkan terkeluar dari agama.

Sebab itu apabila tersebarnya berita atau isu seperti kes tersebut, kita kena pastikan adakah yang ditertuduh menyebut si polan bin si polan, atau ia hanya menyebut jenis perlakuan secara umum. Barulah kita boleh membuat kesimpulan yang baik. Demikianlah indahnya ajaran Islam, dengan panduan akhlak Islam, masyarakat dapat hidup secara terpandu dan harmonis.



No comments: